Minggu, 29 Desember 2019

Body Shaming

Disclaimer: ini pindahan dari wordpress yang soon bakal ada part 2 nya.

Di sini yang mau gue bahas kali ini adalah body shaming. Gue sempet baca beberapa artikel tentang ini, dan menemukan apa sih artinya body shaming itu? Intinya, body shaming itu artinya pernyataan negatif seseorang dalam menilai penampilan fisik orang lain.
Menurut gue, bodys haming itu adalah hal yang ga pantas buat dilakukan sama siapa pun. Baik cewek maupun cowok. Percaya ga, kalau body shaming ini terjadi karena budaya? Budaya mencela lebih tepatnya. Dulu, yang kita liat sewaktu kita kecil adalah orang-orang yang lebih tua dari kita saling ngejek satu sama lain, adu ejekan dari fisik atas sampai bawah. Dan ketika dilihat anak kecil yang biasanya meniru, maka bisa terciptalah mental jongkok yang suka mengejek/mencela orang lain, bahkan sejak kecil dude.

Dari body shaming bisa jadi bullying, roods MIRIS banget! Bisa diperparah lagi dengan tidak adanya nilai moral yang ditanamkan kepada anak-anak :”). Kebayang ga seh masih kecil aja kita terbiasa dengan budaya busuk ini. Sehingga, parahnya body shaming ini bisa terjadi bukan hanya antara satu individu ke individu lainnya, tapiiiiii juga terjadi antara individu dengan dirinya sendiri pun body shaming.

Gue ga bakal nunjuk orang lain buat jadi tumbal ditulisan ini. Contoh yang bakal gue bawa di sini adalah diri gue sendiri. Gue waktu SD-SMP pernah ngerasa ga cantik, karena kulit gue yang berwarna gelap. Sekarang sih, embrace my flaws aja HEHE.

Kulit gue yang gelap asalnya dari gen turunan orang tua bahkan dari kakek nenek moyang gue juga, soalnya denger cerita bokap kami tuh ada turunan negara orang, katanya sih India. Yo wes, gue asumsikan India-nya keluarga gue tuh tipe India yang kulitnya ga putih, cuma karena ada gen Indonesia dari moyang gue yang satunya jadi kulit gue ga item keling ngebluwek gitu deh. Nah, kalau yang namanya turunan gen atau bisa dibilang dari sononya, termasuk kalau kulit gue tadinya jadi item keling ye kan, ya gue bisa apa? Terima dan syukuri aja.

Susahnya itu ketika stigma orang-orang yang bikin kita insecure karena ada istilah cewek cantik tuh harus putih tak bercacat atau mulussshh. Bikin gue jadi bodoh banget sih itu. Cantik ya ga kudu putih fergudso. Gue ngerasa bego banget dulu ngerasa ga cantik karena ga putih.

So here’s a thing: Isi lebih berharga dairpada tempatnya. Gelas plastik yang biasa aja bakal menarik kalau diisi minuman enak. Lo dan gue juga gitu, it is ok ga mulus yang penting tuh attitude dan hati klean baik gaes! Percuma cantek kalo komen lo jelek ye gak.

Thank God gue sekarang malah bangga karena gue jadi tau background keluarga gue yang to be honest, unexpected. Walau yaelah soal kulit yang item doang mah bisa diubah dengan banyak cara mulai dari lotion sampe suntik putih bahkan operasi! Tapi bukan itu poinnya. Gue pribadi sih masih waras ya, jadi ga mau la yhaaa. WKWKWK. Makanya, ini udah ga jadi problem sama sekali kalo ada yang ngatain gue item etc. Gue udah aware sama diri gue sendiri buat ga tersinggung karena memang inilah saya. Gue bahkan suka jadiin komen orang buat jadi self-reminder buat lebih mencintai diri sendiri <3. Terima kasih bila ada yang menerima teman seperti saya yang berusaha untuk apa adanya atau ga masalah juga kalau ada di antara kalian yang malu punya temenan sama saya. Klean boleh kok pergi dari hidup saya. Nvm. Gue juga ga bakal keberatan dan sangat bersyukur kalo orang-orang toxic keluar dari kehidupan que. 🙂

Cuma ya gitu deh orang-orang kadang suka ga sadar aja sama budaya body shaming ini. Termasuk gue pun masih terus belajar. Kadang walau gue niatnya bukan ngehina orang gitu ya, mungkin niat gue cuma mau notice satu hal aja dari perubahan mereka, misalnya temen gue kurusan trus di depan mukanya gue omongin tuh.

Gue ga tau respon seseorang terhadap kata-kata gue itu gimana kan. Tiap orang pasti beda-beda gitu loh. Mungkin pas saat gue notice, dia bisa terlihat cuek biar kita ga tersinggung or someway biar dia terlihat a6 mereka jadi sok kuat. Padahal pas kita udah ga bareng dia, ternyata dia bisa sampe nangis bahkan depresi mikirin perkataan kita.
Nah kalo lo udah sadar lewat tulisan ini, lebih baik, ketika mau ngomong lo mikir dulu

“APAKAH KALIMAT GUE NANTI BAKAL BIKIN DIA TERSINGGUNG?”

“SAKIT HATI GA YA KALO GUE NOTICE DOI SOAL BADANNYA OR ALISNYA OR ETC ETC ?”
Kalo jawabannya ya, mending gue tutup mulut rapet-rapet trus beresin cucian numpuk di belakang. Better daripada gue ngelakuin skandal. Ya, body shaming itu skandal. Sama aja kayak gue nanya gaji ke orang asing, ga sopan! Analogi cem apa ini. HHHH
Kalau kalian yang ngerasa budaya body shaming ini terjadi di sekitar kalian, cobalah buat speak up. Notice mereka dengan sopan dan santun supaya ga sembarangan ngomong/komen tentang fisik orang lain.

Jangan lupa, bisa karena terbiasa. Bisa nerima diri sendiri karena terbiasa melatih diri kalian buat lebih bersyukur dan mencintai diri kalian sendiri, lumayan bisa ngebantu generasi kita selanjutnya jadi lebih baik dan budaya body shaming ini ga berlanjut terus. Cause beauty comes from within too tho!

Gue ga punya ekspektasi tinggi soal tulisan gue ini,karena ini menyangkut kebiasaan dan budaya masing-masing individu.  Tapi at least, in the end kalian yang baca sampai akhir dan bisa dapet poinnya, gue udah bersyukur bangeeeettt!
Feel free buat yang mau diskusi di kolom komentar, gue juga mau tahu apa pendapat kalian tentang body shaming!

Sincerely love,
Jenarii
LET’S BE FWENS!
Instagram|Twitter

Kamis, 26 Desember 2019

Review Imperfect + QUOTES: Karir, Cinta & Timbangan (FILM WAJIB TONTON 2019)


Judul   :  Imperfect: Karir, Cinta & Timbangan

Sinopsis: Bagi Rara, terlahir gemuk dan berkulit gelap adalah kutukan. Apalagi bila ia melihat Lulu, sang adik yang persis ibu mereka Debby, seorang mantan peragawati di tahun 90-an. Untung ada Dika, kekasih yang mencintai Rara apa adanya. Suatu hari, muncul peluang bagi Rara untuk naik jabatan di kantor, tapi bos Rara yakni Kelvin mengharuskan Rara mengubah total penampilannya. Apakah Rara akan menjawab tantangan ini?


Ku nonton film ini dari jam 13:30 - 15:50
Filmnya berbahasa Indonesia tanpa subtitle.

Aku sudah excited sejak nonton trailernya. Di tulisanku sebelumnya di blog sebelah  dan di siaran podcast pertamaku, aku sempet curhat tentang social issue ini. Kalian bisa klik link berikut ini kalau mau baca dan atau dengar.

Blogpost: Body Shaming
Podcast: Anchor / Spotify

Jadi, filmnya gimana sih? Wajib nonton ga sih?
Alright, semua yang kutuliskan ini murni dari opiniku ya..

Menurutku, cerita yang diangkat bagus banget. Ko Ernest sebagai sutradara amat sangat peka dengan lingkungan sekitar sepertinya. Buat para cewek  pasti udah ga asing sama social issues yang diangkat di film ini; body shaming. Aku perempuan, nyokap (ofc) perempuan, walau ga punya kakak perempuan kandung, dunia persepupuan ga kecil yha, ditambah banyak temen perempuanku yang deketnya ngalahin sodara sendiri. Gausah ditanya se-relate apa issue ini dengan kehidupanku hmmm

Body shaming memang sangat erat diantara kami para wanita, salah-salah stigma yang beredar di masyarakat berkata bahwa cantik itu harus tinggi putih langsing ini itu bla bla bla. Padahal kalian semua tau kan kalau inner beauty itu jauh lebih penting. Tapi kebanyakan orang ga mau peduli aja dan lebih memilih untuk melestarikan stigma tersebut. Tapi kuharap nantinya setelah nonton film ini orang-orang akan  lebih aware akan pentingnya akhlak daripada penampilan. ^^

Karakter-karakter di film ini did such a good job.

Jesica Mila yang katanya totalitas banget sampe rela gemukin badan (yang mana gemukin badan dengan target itu lebih susah daripada ngurusin badan). Masalahnya jesica mila kan kurus cok, kalo aku jadi dia mungkin yang ada stress duluan sebelum gemukin badan se-ekstrem itu HAHA.

Aktingnya Reza Rahardian as Dika a.k.a pacarnya Rara (Jesica Mila) juga mantuL sekali.. Aku selalu ngakak sama gombalannya ke Rara. Entah aku yang terlalu receh atau  emang lawakannya masuk rumah Pak Eko. Pokoknya aku mau pacaran lagi sampe nemu laki-laki seperti pacarnya Rara yang mencintai ketidaksempurnaannya Rara. Tapi aku (dan mungkin juga kamu) mau juga seperti Rara yang lebih mementingkan kecantikan hati daripada fisik. <3

Pemeran pendukungnya jugaa aku sukaa sekali, dramanya; mereka punya kekurangan tapi justru kita malah diajarkan untuk selalu bersyukur. Recehnyaaa dapet sekali huhahah eh tunggu, tapi balik lagi entah aku yang terlalu receh atau emang lawakannya masuk rumah Pak Eko. 

Pokoknya sebelum 2019 ini berakhir, wajib banget nonton film ini, bagus untuk mengisi resolusi di tahun yang baru bukan kurus tinggi langsing karena stigma masyarakat apalagi balas dendam (itu ga baik sih heheh) tapiiiii justru

RESOLUSI TAHUN BARU 2020:
  • perbaiki mindset akan self-acceptance
  • pola hidup sehat; olahraga dan jaga makan untuk kesehatan, juga berubah demi kebaikan diri dan sekitar ;)
  • prefer punya attitude yang baik daripada hanya memikirkan penampilan fisik
  • punya mindset; percaya bahwa cinta datang dari hati, bukan hanya dari fisik saja 
 Rating film ini 5 bintang dari 5 atau 10/10 atau A+++ terserah deh yang mana yang penting nilai tinggi :)

Thankyou for reading this review! Here's some quotes I took from @catatanfilm on IG